Senin, 21 Maret 2011

Aman dari Radiasi Nuklir Jepang Indonesia ?

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menilai radiasi pada sejumlah makanan Jepang berdampak lebih serius dari diperkirakan. Radiasi terjadi akibat meledaknya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Fukushima, Jepang, pada 11 Maret lalu.

Seperti dikutip dari CNN, Juru Bicara WHO Peter Cordingley mengatakan pernyataan ini bukan disebabkan tingkat kontaminasi. Dampak radioaktif ditemukan pada makanan melebihi jarak evakuasi penduduk sejauh 30 kilometer. "Ini temuan baru, dan kami terus mengawasi," kata Cordingley.

Di Ibaraki yang menjadi pusat produksi sayuran Jepang, Pemerintah Jepang melakukan penelitian dan mendapatkan tingkat yodium hingga 27 kali lipat batas aman. Dari 7 lokasi penelitian, jumlah Cesium ditemukan 4 persen lebih banyak dari batas aman.

Berdasarkan pengetesan air di Iitake, angka pencemaran radiasi mencapai 965 becquerels/kilogram, jauh melebihi batas aman 300 bequerels/kilogram. Becquerel adalah sistem pengukuran internasional untuk tingkat keradioaktifan.

Lalu seberapa aman Indonesia dari dampak radiasi nuklir di Jepang?

Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) As Natio Lasman menjamin Indonesia aman dari radiasi. Bapeten telah melakukan pengukuran tingkat keradioaktifan di Tomohon, Sulawesi Utara, yang menjadi jarak terdekat dengan Jepang. Hasilnya, tak ada pengaruh radiasi. "Kualitas udara terhitung baik. Tidak ada pengaruh radiasi," kata As Natio saat dihubungi VIVAnews, Selasa, 22 Maret 2011.

Bapeten juga menjelaskan, pengaruh ke produk makanan impor asal Jepang yang terkena radiasi kemungkinannya kecil. "Karena Pemerintah Jepang langsung melarang panen pertanian, atau melarang menangkap ikan hingga radius 30 kilometer dari lokasi ledakan," ujar As Natio. 

Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mengatakan Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mengantisipasi masuknya impor ikan Jepang yang terpengaruh radiasi. Kementerian Kelautan dan Perikanan akan membuat sejumlah regulasi mencegah radiasi melalui ikan yang diimpor dari Jepang.

"Itu sudah diatur melalui Badan Karantina Ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan," kata Fadel saat dihubungi VIVAnews, Selasa, 22 Maret 2011.

Bagaimana produk makanan kemasan asal Jepang? Ketua Badan Pengawas Obat dan Makanan Kustantinah mengatakan hingga saat ini belum ada produk makanan kemasan yang masuk ke Indonesia setelah meledaknya reaktor nuklir Fukushima, 11 Maret lalu.

"BPOM terakhir melakukan pengecekan sejak pengapalan yang masuk pada 9 Maret. Itu sebelum ledakan terjadi," kata Kustantinah saat dihubungi VIVAnews, Selasa, 22 Maret 2011.

Untuk mencegah masuknya radiasi dari makanan kemasan, Bapeten bersedia membantu BPOM mengawasi produk impor dari Jepang. Selain melalui pernafasan, makanan adalah salah satu jalan zat radioaktif masuk ke dalam tubuh.(np)